BAB 3
“Hoaam!” aku terbangun dari tidurku yang super nyenyak karena kecapekan.
DEG!
“AAAAH!” di depanku ada wanita yang kemarin ada di tendaku. Aku membangunkan Nadira dengan panik.
“Hoaam, kenapa si….. AAAH! SIAPA KAMU, HAH?! PERGI DARI SINI!” seru Nadira sambil melempar selimut ke mukanya. Dia melotot ke arahku dan Nadira, “KAMU! BERANINYA KAMU MELEMPAR SELIMUT KOTOR ITU KE WAJAHKU!!” wanita itu berseru marah. Kami ketakutan, tak bisa bergerak. “Me, memangnya kenapa hah?! Ka, kamu yang masuk kesini tanpa izin! Lagipula siapa kamu hah?!” Nadira berseru, “siapa aku?! Hah! KAMU TIDAK TAU SIAPA AKU?!” seru wanita itu.
DEG! Wanita itu melakukan hal yang mengejutkan dan tak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Dia melayang! Wanita itu menunjukku sambil berteriak “KAMU! BERIKAN CINCIN ITU!”, aku bergegas melepas cincin emas yang aku temukan dan memberikannya kepadanya.
Dia memakai cincin itu dan mengacungkan tangannya ke langit sambil berteriak, “WAHAI CINCIN CAHAYA! BAWALAH AKU BERSAMA DUA ANAK INI PERGI KE NEGERI CAHAYA!”.
SRIING!
Ada lingkaran yang bercahaya di atas kami yang menyedot kami kedalamnya. “AAAAAH!!” teriak kami.
Kami pun pingsan tak sadarkan diri.
*****
Aku terbangun. Wow! Sekarang kami berada di dalam kamar super mewah yang pernah aku lihat. Aku membangunkan Nadira. “Haaah… baru aja bangun tidur tiba-tiba pingsan karena tersedot lingkaran bercahaya yang dikeluarkan wanita aneh itu… tapi okelah, dia menempatkan kita di kamar yang pantas” “iyakan? Selamat pagi anak-anak…” baru saja kalimat Nadira berakhir, suara lembut menyapa kami.
Ada dua orang, bukannya diantara mereka tadi ada yang datang ke tendaku?? (maksudnya tenda Nella) “iya, benar Delia. Adikku tadi yang datang ke tendamu. Mohon maaf atas sikap adikku yang tidak sopan ini disana~” bagaimana dia tau apa yang aku pikirkan? “tapi anak gak sopan yang memakai baju seperti laki-laki itu yang melemparku dengan selimut kotornya!” ucap wanita satu lagi sambil menunjuk Nadira, “aku kan kaget!! Lagipula kenapa kau bilang itu selimut kotor hah?! Kamu tidak tau apa-apa tentang selimut itu!!” seru Nadira tersinggung, “Yazzi! Jangan ribut! Hhh… sekali lagi aku minta maaf atas kelakuan adikku ini….” “iya, tidak apa-apa kok” ucapku memaafkan, “namaku Nadira, dia Delia. Jelaskan siapa kalian dan kenapa kami disini!” ucap Nadira, dia sudah sedikit tenang.
“Baiklah, namaku Zaffra Yuzza Nafuza, panggil saja Yuzza. Sedangkan adikku ini bernama Zafir Yazzi Nafza, biasa dipanggil Yazzi. Kami adalah penguasa Negeri Cahaya ini,” aku dan Nadira berpandangan. Penguasa?? Artinya tadi Nadira bersikap dengan sangat tidak sopan kepada seorang penguasa?? Pikirku, “maafkan sikapku yang tidak sopan yang mulia!!” seru Nadira “hahaha, tidak apa-apa kok. Kamu tidak usah memanggil kami ‘Yang Mulia’ ya. Baik, aku lanjutkan” kami mengangguk.
“Negeri Cahaya ini ada di dimensi Yazzwa Maharatta. Beda dimensi dengan kalian. Di negeri ini hanya kami yang bisa bahasa kalian. Jadi jangan heran dengan orang lain yang bicara dengan bahasa yang tidak kalian mengerti. Kalian kami bawa ke sini karena kamu, Delia, kamu memakai cincin cahaya. Sekarang kami sedang dalam masalah, karena Negeri Kegelapan akan menjajah negeri ini. Di negeri ini, kami mempunyai sebuah ramalan yang diukir di dinding yang dibuat pada zaman dulu bertuliskan ‘pada saat bulan purnama bersinar terang. Maka sang Kegelapan akan menyerang. Dan 4 orang dari antah berantah akan membawa cincin cahaya dan tongkat cahaya untuk menyelamatkan…’ tapi, setelah itu kami tidak tahu lanjutannya karena tak bisa dibaca.
Tapi, ada lanjutan lagi yang dapat kami baca. Yaitu ‘sebelum berperang, dua benda itu sudah dipanaskan dipuncak keabadian. Dan 4 orang itu sudah memakai baju yang tersembunyi di pulau keabadian dan kekuatan magis yang tak terkalahkan…’ tapi, setelah itu kami tidak tahu kelanjutannya karena tidak bisa dibaca. Tapi kami tau kalau kalianlah dua di antara dua orang yang membawa cincin cahaya. Sedangkan dua orang lagi yang membawa tongkat cahaya sudah kami bawa kemarin malam~” “selamat pagi Nadira, Delia…” belum selesai kalimat Yuzza, terdengar suara yang tidak asing menyapa kami, “Adnan! Lian! Jadi kalian yang membawa tongkat cahaya?!” seru Nadira ketika melihat mereka muncul. Mereka mengangguk.
“Maaf baginda Yuzza, aku rasa aku tidak seharusnya berada disini… aku menemukan cincin ini, aku tidak memilikinya. Mungkin seharusnya bukan aku yang datang kesini, tapi Nella… Aku menemukan cincin ini di tenda Nella~” “gak kok, bener, kamu memang seharusnya berada di sini. Takdir!” sambar seseorang. Ada gadis berambut panjang sampai ke punggung. Dia memakai gaun berwarna putih yang bercahaya. Umurnya kira-kira 16 tahun, seumur denganku. Dia sedang bersandar ke pintu.
“Nella?! Apakah kamu Nella??” “yes, of course I’m Nella. Who else?” dia menjawab dengan bahasa inggris yang fasih sambil tersenyum, “oh? Jadi kau mengenalnya? Dia adalah mata-mata kami. Dia kami suruh untuk memata-matai kalian dan Negeri Kegelapan,” “Nella! Ayahmu mencarimu kemana-mana!” ucapku kepada Nella “ayah? Maksudmu kakek tua itu?! Hah! Dia bukan ayahku! Dia hanya seseorang yang menganggapku pembantu!! Mungkin dia hanya mencariku karena butuh pembantu!” “benarkah?? Aku pikir itu salah!” “dia hanya menganggapku pembantu setelah ibuku meninggal kau tau?! Aku hanya punya satu orang tua, dan dia adalah ibuku! Namun karena sekarang ibuku telah tiada, aku menganggap Yazzi sebagai ibuku! Hanya Yazzi yang bersikap baik kepadaku kau tau! Tak ada orang lain selain Yazzi yang mau memberiku makan, minum, bahkan tempat tinggal kau tau!!” Nella melotot ke arahku “shhh… tenang Nella, aku disini. Dan aku akan selalu bersamamu. Kamu boleh menganggapku keluargamu jika kau mau…” ucap Yazzi menenangkan sambil memeluk Nella.
“Baru kali ini aku mendengar dan melihat wanita aneh itu lembut” bisik Nadira kepadaku. Aku mengangguk. Dia terus bersikap kasar sampai Nella datang.
“Aww.. soysreet Yazzi…” ucap Yuzza dengan bahasa yang tidakku mengerti. Muka Yazzi memerah karena malu.
“Nyonya Yazzu, nyonya Yazzi, Nadira, Delia, sarapan sudah disiapkan oleh chefr’zto Zamie,” ucap Lian kepada kami, “chefr’zto? Maksudnya?” tanya Nadira “ ‘chefr’zto’ itu bahasa negeri ini untuk pangilan ‘chef’ “ jawab Lian.
Kami pun menuju meja makan yang supeeer besar di ruang makan yang supeeeer mewah dan supeeeer besar. “Selamat makan!” semua berseru.
Aku dan Nadira belum mulai makan, kami bertatapan, “ini apa?” tanya Nadira, “gak tau” aku menjawab sambil mengangkat bahu. Makanan ini sedikit aneh… bukan sedikit aneh lagi malahan, sangat aneh! Seperti bubur tetapi berwarna biru, diatasnya diberi topping sesuatu yang berbentuk seperti bola-bola yang berwarna-warni, di dasarnya juga diberi sesuatu yang seperti bubuk susu yang berwarna oranye. Piringnya juga aneh, bentuknya seperti ban mobil berwarna bening, makanya kami bisa melihat dasarnya. Melihat yang lain makan dengan lahap, kami pun mencobanya.
Eeuuhhh, apa ini? Tidak enak! Bola-bolanya manis, buburnya sangat asam, dan bubuk di dasarnya super pedas! Karena kepedasan aku segera mengambil minum di dalam gelas yang berbentuk seperti bola.
“Selera mereka buruk sekali!” bisik Nadira kepadaku. Aku mengangguk, “iya, aku tak mengerti kenapa Adnan dan Lian bisa makan dengan lahap” “mungkin mereka berpura-pura?” kami saling berbisik, “kalian tau? Makanan ini adalah salah satu makanan bangsawan di negeri ini. Namanya chiwwa. Enak bukan?” tanya Yuzza sambil tersenyum, “eh, i, iya. Enak” jawabku. Makanan bangsawan? Enak? Apakah makanan bangsawan di negeri ini memang begini? “Iya, enak! Tapi apakah ada makanan lain? Aku ingin mencoba yang lain” kata Nadira, “aku juga mau! Tapi yang manis ya, ada?” tanyaku “oh, tentu saja ada! Chefr’zto Zamie! Bawakan kami dua sweemala!” Yuzza berseru.
Beberapa saat kemudian sang chefr’zto membawakan kami makanan yang bernama ‘sweemala’, “silakan dimakan Delia, Nadira” ujar Yuzza sambil tersenyum. Kami mengangguk. Makanan ini terlihat lebih baik dari sebelumnya. Bentuknya seperti es krim, warnanya kuning, ditaburi sesuatu yang seperti cokelat yang diparut dan berwarna merah. Piringnya masih sama, berbentuk seperti ban dan bening.
Hap! Ini baru enak! Pikirku, “apa kalian menyukainya? Maaf kalau tidak enak, itu makanan bangsawan, tetapi kami tidak terlalu menyukainya. Namanya ‘sweemala’ karena diambil dari kata ‘swee’ dan ‘mala’. ‘Swee’ berarti manis, dan ‘mala’ berarti jagung” “enak kok! Banget malah!” seru Nadira. Yuzza tersenyum.
“Aneh, bagaimana mereka tidak menyukai makanan seenak ini?” bisikku kepada Nadira, ia mengangguk.
Kami semua selesai makan, “Delia, Nadira, Adnan, Lian, ikut kami!” seru Yuzza kepada kami. Kami mengikutinya ke sebuah ruangan dimana kami akan merencanakan semua hal.
*****
“Baiklah, aku akan menjelaskan rencananya. Jadi Delia, Nadira, dan aku beserta beberapa pasukan lain akan memanaskan tongkat cahaya dan cincin cahaya di puncak keabadian. Sedangkan Adnan, Lian, Yazzi dan pasukan lainnya akan mencari baju yang tersembunyi di pulau keabadian. Setelah itu kalian akan berlatih kekuatan magis itu bersama Adizza. Dia adalah keponakanku yang sekarang hilang entah kemana. Purnama itu akan terjadi 2 bulan lagi, atau 7 minggu lagi” jelas Yuzza.
“Bagaimana denganku??” tanya Nella “tak mungkin aku hanya berdiri diam disini bukan?” “kamu akan mencari Adizza, Nella” jawab Yazzi bersamaan dengan Yuzza, “baiklah” Nella mengangguk.
“Baiklah, semua sudah mengerti bukan? Kita akan pergi besok!” seru Yuzza,
“Aku tidak setuju!” teriak Nadira dan Lian,
“Kenapa harus berpencar bila bisa bersama?” tanya Lian,
“Iya, benar. Bukankah 2 bulan lagi terjadi purnama? Kita bisa bekerja sama dengan baik. Kita tidak perlu berpisah!” ucap Nadira mengiyakan,
“Karena akan lebih cepat! Bukankah lebih cepat lebih baik??” jawab Yazzi,
“Aku setuju dengan mereka! Lagipula waktunya cukup lama, kami juga tidak ingin berpisah” ucap Adnan setuju dengan Lian dan Nadira,
“Bagaimana denganmu Delia?” tanya Yuzza,
“A, aku juga tidak ingin berpencar dengan mereka” jawabku.
“Baiklah, kita ubah rencananya! Delia, Nadira, Adnan, Lian beserta beberapa pasukan akan pergi mencari baju yang tersembunyi di pulau keabadian. Sedangkan aku dan Yazzi beserta beberapa pasukan akan memanaskan tongkat cahaya dan cincin cahaya di puncak keabadian. Lalu kalian akan berlatih kekuatan magis itu bersama Adizza. Kita akan pergi lusa depan. Setuju?” tanya Yuzza setelah menjelaskan, “setujuu!” teriak kami setuju.
Baiklah, rencana sudah ditetapkan. Kami akan pergi lusa depan!
*****
Ini bakal dilanjutin atau enggak ? Soal nya bukanya kak Nada udah lulus ?