TAVARIS “BAB 1” by NRFN Project

TAVARIS “BAB 1” by NRFN Project

TAVARIS "BAB 1"
by
NRFN Project

Lima tahun telah berlalu, Tavaris telah menginjak SD kelas 4 dan Aurellia sudah menginjak SMP kelas 1. Tavaris merasa ganjil dengan Aurellia karena setiap bulan Aurellia semakin pendiam. Tavaris bertanya kepada bundanya “Kenapa Aurellia semakin pendiam, bun?” Hannah hanya mengangkat bahu, seperti orang yang tidak tahu apa apa.

“Pasti Kakak merahasiakan sesuatu….” Tavaris selalu melamun memikirkan
kenapa hal ini terjadi. Tavaris terlalu takut untuk menanyakannya langsung kepada Aurellia, dan semakin hari Aurellia menjadi lebih pendiam. Minggu berikutnya akhirnya Tavaris berani menanyakan langsung kepada kakaknya, “kak, kenapa kakak jadi pendiam sejak beberapa bulan yang lalu? Beberapa bulan yang lalu kakak masih mengobrol denganku walau kata-kata yang kakak keluarkan pendek-pendek” dan sebagai jawaban Aurellia membentak kepada adiknya untuk jangan menanyakan hal tersebut. Tavaris kaget karena tak menyangka akan dimarahi kakaknya. Dengan singkat Tavaris lari ke kamarnya dengan terisak.

Aurellia merasa sangat bersalah setelah kejadian tersebut, dan berubah menjadi tidak pendiam lagi. Tapi tanpa diketahui siapapun, ingatan masa lalu Aurellia semakin teringat, kejadian yang mengerikan yang pernah dialaminya. Tapi lamunan Aurellia selalu berhenti karena adiknya selalu mengagetkan Aurellia dan berceloteh, “Kak! Tadi di sekolah ada teman baru yang menyenangkan! Namanya itu… Farraz” dengan penuh semangat Tavaris berceloteh. Sekeluarga hanya berkata “oh” dengan pelan.

*******

3 bulan telah berlalu, Tavaris sudah hampir menginjak 11 tahun. Aurellia juga sudah tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal masa lalu Aurellia. Setelah pulang sekolah mereka langsung bersiap-siap untuk menonton acara televisi kesukaannya, “Kak! Nanti kan episode ke-19 tentang ‘Buku Misterius Tobi’ kata teman-teman nanti rahasianya akan terungkap sama detektifnya!” dengan antusias yang tinggi Tavaris membicarakan hal itu, berkali-kali. Aurellia hanya menoleh dan mengangguk-angguk saja.

Acara televisi telah berlangsung, Tavaris dengan penuh semangat menonton acara yang mereka telah tunggu-tunggu minggu lalu. Beberapa menit telah berlalu, acara televisi telah selesai. Tavaris pun dengan semangat beranjak tidur, dan lupa makan malam. Di mimpi Tavaris dia ke Spanyol dengan wanita yang ia tidak kenal. Tavaris berjalan dengan wanita yang terus menemaninya, “Hola dulce señora. Halo nona manis” wanita itu dengan lembut menyapa. Tavaris terkejut lalu melihat seluruh tubuhnya, dan meraba-raba wajahnya. Benar, dia menjadi anak perempuan berambut hitam pekat dengan pita putih di rambutnya, hampir terlihat seperti kakaknya. “Mi tiempo no es largo. adiós pequeña señorita. Waktuku tak lama, selamat tinggal nona manis” wanita itu dengan sekejap menghilang. Tavaris terbangun karena sudah jam 5 pagi, dia lekas wudhu dan sholat subuh dengan ibu dan kakaknya. Tavaris dan Aurellia menyiapkan hal-hal untuk sekolah dan sarapan, lalu Tavaris dan Aurellia lekas pergi ke sekolah diantar ibu mereka.

*****

6 jam telah berlalu, Tavaris dan Aurellia pun pulang dari sekolah. Mereka pulang dengan sepeda. Saat perjalanan, Tavaris melihat sekilas seorang wanita yang mirip dengan wanita di mimpinya tersenyum padanya dan kemudian menghilang. BRAK! Tavaris terjatuh dari sepeda karena kaget melihatnya, “ada apa Tavaris? Kok bisa jatuh? Mana yang sakit??”Aurellia segera memeriksa Tavaris, “ti, tidak ada apa-apa kak” Tavaris segera bangkit dan naik ke sepedanya, “beneran gak apa-apa?” “iya kok kak” mereka pun kembali mengayuh sepedanya ke rumah seolah tidak terjadi apa-apa. “Apakah tadi itu nyata? Ah sudahlah, mungkin hanya khayalanku” pikir Tavaris.

3 minggu berlalu, Aurellia semakin menjadi pendiam kembali. Namun lamunannya terkadang diganggu oleh Tavaris yang ingin mengobrol dengan kakaknya. Andres pun pulang dari luar kota untuk melihat keluarganya. Dia sudah tahu tentang Aurellia. Dia senang Tavaris mempunyai kakak, tapi Andres bingung kenapa Aurellia sangat pendiam. Mereka pun makan malam dan menyambut sang ayah dengan senang hati. Mereka tidur dengan senang setelah kepulangan sang ayah.

Mereka bangun untuk sholat subuh. Tavaris dan Aurellia menyiapkan barang-barang untuk sekolah, Andres juga menyiapkan barang-barang untuk bekerja. Mereka pun sarapan bersama.
Setelah 6 jam bersekolah, Tavaris dan Aurellia pun pulang bersama Andres. Saat makan malam, Aurellia yang sedang mencuci piring merasa pusing. PRANG! Piring yang dipegang Aurellia terjatuh, “aduuh! Tidak ada yang terluka kan sayang?? Kenapa bisa jatuh??” Hannah berlari ke arahnya, “ti, tidak ada yang luka kok. Maaf, aku sedikit pusing tadi” kata Aurellia “ooh, kalau begitu istirahatlah dulu! Ini biar bunda bereskan” Aurellia mengangguk dan berjalan ke arah sofa, “kak? Kakak kenapa? Kok pusing? Memangnya ada apa?” tanya Tavaris yang khawatir dengan kakaknya itu, “tidak ada apa-apa kok! Mungkin kecapean” jawab Aurellia.

Malamnya, mimpi itu terjadi lagi. Tapi entah kenapa sang wanita itu menjadi sedikit mengerikan, “Deck tienes que ir tu madre es malvada! Déjame yo. Dek cepat PERGI! Ibu kau jahat, lihat apa yang ia lakukan kepada aku. LARI!” Tavaris yang sedang menjadi nona manis pun mengangguk dan lari secepat yang ia bisa, “hola a donde va a correr mi hijo? Hendak lari ke mana anakku..” dengan seram wanita yang sedang memegang senjata berkata, “no huyas de mi. kemari anakku jangan lari dariku.” Tavaris tersengal-sengal melarikan diri lalu.. BRAK!! Tavaris telah di kamarnya lagi dengan jidat yang memar karena terjatuh. “Aurellia, Tavaris BANGUN!” itu suara dari bawah, yaitu Andres. “Iya pak! Tunggu, tadi mimpinya ganjil sekali.” kata Aurellia pelan “Emang, kakak mimpi apa?” Tavaris yang berada di dekat Aurellia bertanya. “Tadi kakak jadi laki-laki, Aneh kan?” Aurellia dengan singkat berkata dan terus mencari baju sekolahnya, Tavaris berpikir sebentar “Tadi aku jadi perempuan, kok kakak jadi laki-laki?” terlintas di pikiran Tavaris. “Kak tadi aku jadi perempuan. Pake pita putih di rambut, sama rambutnya kayak kakak.” Aurellia menoleh. “Yang bener itu mirip kakak? Kalau kakak sih mimpinya…”

Leave a comment