beydeyva dernemer bornustur dernemer bornustur dernemer bornustur dernemer bornustur deneme bonusu veren siteler dunumu bunusi virdirten sirtler dinimi benese virdirten sirtler deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley cayzaynoy seyteyleyi cayzaynoy seyteyleyi cayzaynoy seyteyleyi deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi beyhiys siysteysleyi beyhiys siysteysleyi oynviyn ardrescisi tupibetr ardrescisi
{"id":2001,"date":"2018-12-13T06:56:40","date_gmt":"2018-12-13T06:56:40","guid":{"rendered":"http:\/\/library.cls.sch.id\/?p=2001"},"modified":"2019-01-17T02:32:25","modified_gmt":"2019-01-17T02:32:25","slug":"2001","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/library.cls.sch.id\/2018\/12\/13\/2001\/","title":{"rendered":"PURNAMA by Dzakira Nada ‘Azizah (BAB 1-2) To be Continue……"},"content":{"rendered":"

[vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”PURNAMA
\nBy : Dzakira Nada \u2018Azizah
\n( dzakiranadaazizah@gmail.com )” font_container=”tag:h2|text_align:center”][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”PROLOG” font_container=”tag:h2|text_align:center”][vc_column_text]Aku menatap jendela sekolah. Belum ada tanda-tanda bel akan berbunyi.
\n\u201cDelia!\u201d, seseorang memanggilku.
\n\u201cOh, halo Vannisa! Tumben pagi!\u201d
\n\u201cHahaha, iya dong, aku gitu lho!\u201d, aku tersenyum tipis.
\n\u201cBesok jadi ke rumahku?\u201d, tanya Vannisa.
\n\u201cGak tau, mudah-mudahan iya\u201d.<\/p>\n

Vannisa tidak bertanya lagi, dia sibuk dengan buku yang dibacanya. Tiba-tiba lantai bergoyang, ada suara sirine di lorong!
\n\u201cGEMPA!\u201d, teriak anak-anak lain sambil berlari.<\/p>\n

Aku dan Vannisa cepat-cepat berlari menuruni tangga.
\n\u201cCepat Vannisa!\u201d, teriakku. Vannisa tertinggal jauh di belakang, dia memang payah dalam berlari. Aku berusaha menggapai Vannisa. Yes! Berhasil! Aku menarik tangan Vannisa menuju pintu keluar.<\/p>\n

Gedung sekolah mulai runtuh, aku dengan cekatan menghindar dan membantu Vannisa. Tinggal sedikit lagi! Batinku. Tapi tiba-tiba rokku tertimpa besi yang jatuh. Karena rokku panjang dan hampir setengahnya tertimpa, Vannisa membantuku menarik rokku.<\/p>\n

\u201cLepas saja roknya! Kamu pakai celana kan??\u201d, teriak Vannisa, berusaha mengalahkan suara jeritan murid-murid. Benar juga! Kenapa tidak terpikirkan olehku? Aku segera membuka rokku. Untung saja aku selalu memakai celana di bawah rok.<\/p>\n

Terlambat! Aku dan Vannisa tertimpa reruntuhan. Seketika semuanya gelap…<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][vc_custom_heading text=”BAB I” font_container=”tag:h2|text_align:center”][vc_column_text]Aku mengerjap-ngerjapkan mata.
\nDi sekelilingku masih ada reruntuhan besi.<\/p>\n

\u201cVANNISA! VANNISA KAMU DENGAR AKU? KAMU DI MANA?\u201d, aku berteriak sekencang mungkin. Tidak ada jawaban. Aku berjalan melewati lorong yang gelap. Aku melihat kanan, kiri, banyak sekali reruntuhan besi di dalam kelas.<\/p>\n

Tak! Tak! Tak!
\nTiba-tiba aku mendengar ada suara orang berjalan dari belakangku.
\n\u201cHhh\u2026\u201d, terdengar suara nafas.
\n\u201cSiapa di sana!\u201d, teriakku sambil menoleh ke belakang. Tidak ada orang. Aneh, padahal tadi aku mendengar suara nafas tepat di belakangku. Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Aku bergegas ke lapangan sekolah. Gelap. Sudah malam.<\/p>\n

Aku melihat di tengah-tengah lapangan ada gadis berambut panjang sampai ke punggung. Dia memakai gaun berwarna hitam. Umurnya kira-kira 16 tahun, seumur denganku. Dia berdiri di tengah lapang.<\/p>\n

Deg deg deg…
\n\u201cVannisa? Apakah itu kamu?\u201d, tanyaku. Tidak ada jawaban darinya.
\n\u201cHei! Apa yang kau lakukan di sini?? Untung saya ke sini, kalau terjadi sesuatu padamu bagaimana??\u201d teriak seseorang. Aku kaget setengah mati, lalu aku balik badan untuk melihat siapa yang bicara padaku. Oh ternyata pak satpam. Aku melirik ke belakang untuk melihat wanita itu lagi.<\/p>\n

\u201cHah? Kemana dia??\u201d tanyaku.
\n\u201cSiapa? Bukannya dari tadi kamu sendirian?\u201d tanya pak satpam.
\n\u201cHmm\u2026? Bapak gak liat gadis yang tadi ada di belakang saya?\u201d
\n\u201cTidak. Ah sudahlah mari kita ke tenda pengungsian. Kamu boleh setenda dengan anak saya\u201d lalu kita berjalan ke tenda pengungsian. Tidak jauh, hanya 40 meter.
\n\u201cSudah sampai, tenda anak saya di sana.\u201d kata pak satpam sambil menunjuk ke pojok kiri. Di sana ada tenda yang kecil.
\n\u201cTerima kasih pak\u201d ucapku pada pak satpam.<\/p>\n

Aku segera masuk ke tenda tersebut. Lho, gak ada orang ya? Sebelum pak satpamnya pergi jauh, aku segera memanggilnya\u201cPak, anak bapak di mana ya?\u201d<\/p>\n

\u201cLho, bukannya ada di tenda?\u201d
\n\u201cGak ada pak\u201d pak satpam langsung panik.
\n\u201cBiar saya bantu cariin ya pak, ciri-ciri anak bapak gimana?\u201d
\n\u201cNamanya Nella,umurnya 16 tahun, rambutnya panjang sampai ke punggung, terakhir kali memakai gaun hitam\u201d
\n\u201cLho? Bukannya itu yang ada di lapangan ya??\u201d
\n\u201cBenarkah?? Besok pagi kita cari bersama ya!\u201d
\n\u201cIya pak satpam\u201d aku berjalan ke arah tenda.
\n\u201cOiya nak, berhenti memanggilku pak satpam, panggil aku pak Samat\u201d ucap pak Samat lalu balik badan ke arah tenda.<\/p>\n

Aku memasuki tenda Nella. Lho apa ini? Batinku saat melihat ada cincin berwarna emas, aku pakai saja deh.<\/p>\n

Aku tertidur pulas sambil mengenakan cincin itu.<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][vc_column_text]Keesokkan harinya aku dan pak Samat meminta izin keluar mencari Nella. \u201cMaaf pak, saat ini masih dilarang untuk pergi keluar. Anak bapak akan segera dicari oleh tim SAR\u201d, kami mengangguk lalu pergi kedalam lagi.<\/p>\n

\u201cFuhh\u2026 Delia, kamu bermainlah di sana, ada banyak anak-anak yang bisa diajak main\u201d kata pak Samat menunjuk lapang kosong yang dipenuhi anak-anak.
\n\u201cIya, saya pergi dulu ya\u201d ucapku sambil mengangguk lalu pergi.<\/p>\n

Di sana ada banyak anak, tapi tidak satu pun aku kenal. Aku duduk termangu diatas batu. Apa yang terjadi pada mama, papa, dan semua keluargaku? Apakah mereka selamat? Apakah mereka ada di sini? Apa yang terjadi pada Vannisa? Batinku. Sehabis gempa kemarin aku belum bertemu satu pun orang di keluargaku.<\/p>\n

\u201cHalo, kamu Deliakan?\u201d tiba-tiba seseorang menyapaku.
\n\u201cAku Adnan, kenal aku gak? Aku tetanggamu\u201d tanya anak laki-laki yang bernama Adnan itu.<\/p>\n

Aku menatap wajahnya, sepertinya aku tau\u2026 pikirku.<\/p>\n

\u201cMau ke tendaku? Disana ada sepupuku, Nadira dan Lian\u201d ajaknya menjulurkan tangan. Aku mengangguk, kami berjalan ke arah tenda Adnan. Tendanya berwarna biru, tidak seperti tendaku dan yang lain, warna tenda di sini kebanyakan berwarna putih.
\n\u201cKita kedatangan tamu nih\u201d
\n\u201cEmm\u2026 Halo, namaku Delia\u201d ucapku memperkenalkan diri.
\n\u201cHalo, namaku Nadira\u201d ucap seorang gadis berambut pendek sebahu yang mengenakan joger pants dan kaos lengan pendek berrompi.
\n\u201cNamaku Lian, anak terganteng di keluarga Adnan\u201d ucap seorang laki-laki sambil bergaya.
\n\u201cKamu baru kenalan udah pamer!\u201d
\n\u201cGapapa dong, terserah aku!\u201d
\n\u201cHush! Udah jangan berantem\u201d lerai Adnan.<\/p>\n

Aku duduk disebelah Nadira dan Adnan. \u201cMau main kartu?\u201d tanya Nadira \u201cnggak ah! Gak seru! Mending main bola!\u201d sambar Lian \u201ckalian kerjanya berantem terus! Kalo Delia mau main apa?\u201d \u201cEmm\u2026 Terserah kalian, aku ikut kalian saja\u201d ucapku.<\/p>\n

BRAK!<\/p>\n

Tiba-tiba sebuah suara yang kencang terdengar dari luar. \u201cITU TENDA MILIKKU! BAHKAN ADA NAMAKU DI TENDA ITU\u201d \u201cMANA MUNGKIN! BARANG-BARANGKU ADA DISITU!\u201d \u201cAPA MAKSUDMU?! MANA MUNGKIN ADA BARANG YANG KAU BAWA DARI RUMAH SEHABIS GEMPA BEGINI?!\u201d, ada dua pria sedang bertengkar tentang satu buah tenda yang cukup besar \u201cpak, mohon tenang! Kalian akan kami bawa ke tempat yang lebih sepi!\u201d seorang satpam membawa mereka pergi.<\/p>\n

\u201cPermisi pak, apa boleh saya tahu apa yang telah terjadi tadi?\u201d seorang anak lelaki bertanya pada seorang penjaga \u201ctidak ada apa-apa nak, hanya sedikit pertengkaran yang kecil\u201d jawab sang penjaga.<\/p>\n

Kami memasuki kembali tenda milik Adnan.<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][vc_column_text]\u201cEh, Del, cincin kamu bagus banget! Beli dimana?\u201d tiba-tiba Nadira memuji cincin yang aku temukan di tenda.
\n\u201cOh, emm\u2026 Ini aku temukan di tendaku\u201d jawabku
\n\u201cwaah, siapa yang membuangnya ya? Sayang sekali, padahal bagus banget\u2026\u201d
\n\u201cEmm, aku tidak yakin kalau ini dibuang sih soalnya~\u201d
\n\u201cAtau mungkin itu cincin ajaib!\u201d tiba-tiba Lian memotong.
\n\u201cKayak yang di cerita-cerita itu lho!\u201d
\n\u201cGak mungkin! Kamu kebanyakan baca komik sih\u2026\u201d akhirnya Adnan ikut berbicara.<\/p>\n

Kami pun bermain kartu setelah banyak mengobrol, \u201cwah, sudah sore nih. Kita lanjut besok ya!\u201d Kata Adnan sembari menunjukan jam tangan \u201cyaaahhh\u2026 tapi tanggung nih!\u201d kata Lian \u201ciya tanggung! Untuk sekali ini saja aku sepemikiran dengan Lian\u201d kata Nadira \u201ca, aku harus kembali~\u201d \u201c oh, ya sudah. Kalau begitu sampai nanti malam\u201d ucap Nadira. Sampai nanti malam? Maksudnya dia akan mendatangiku? Ah, sudahlah ucapku dalam hati.<\/p>\n

Aku pun pergi kembali ke tenda dan berdiri mematung melihat seseorang berdiri di dalam.<\/p>\n

\u00a0*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”BAB 2″ font_container=”tag:h2|text_align:center”][vc_column_text]Didepanku berdiri seorang wanita, di sebelahnya ada 2 kucing. Satu putih dan satu hitam. Mukanya pucat, terlihat seperti akan pingsan \u201cto…long~\u201d BRUK! Dia pingsan \u201cha, halo nyonya? Ada apa ini? Nyonya? Nyonya?\u201d dengan panik aku menidurkannya dikasur.<\/p>\n

Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Siapa wanita ini? Kenapa dia disini? Ada seribu pertanyaan dikepalaku, aku pun memutuskan untuk meminta tolong \u201cseseorang! Tolong~\u201d \u201cJANGAN! Biar\u2026 kan\u2026 aku~\u201d sela wanita misterius itu \u201capa kau masih bangun nyonya?\u201d \u201caku\u2026 ti…dak apa-ap~\u201d kata-kata wanita itu terputus. Ia kembali pingsan.<\/p>\n

\u201cDELIAAA!!!\u201d seru seseorang,
\n\u201cDelia! Ayo!\u201d itu Nadira,
\n\u201cApa yang kau lakukan disini? Kamu menyuruhku kemana?\u201d tanyaku,
\n\u201cYa buat jemput kamu makan malam lah! Apa lagi?\u201d jawabnya,
\n\u201cEh, siapa wanita itu? Ibumu?\u201d tanya Nadira sembari menunjuk wanita yang terbaring dikasur,
\n\u201cAku juga tidak tahu~\u201d
\n\u201cLalu itu kucingmu?\u201d selanya,
\n\u201cBukan, itu kucing milik wanita itu\u201d
\n\u201cJadi kamu tidak tahu itu siapa?? Kamu harus melapor Del! Bisa saja dia orang jahat!\u201d
\n\u201cEmm\u2026 aku tidak begitu yakin aku harus melaporkannya. Dia bilang jangan~\u201d
\n\u201cDia bilang begitu karena dia tidak ingin ketahuan! Ayo ikut aku!\u201d ucap Nadira sambil menarik tanganku.<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]\u201cPak! Kami menemukan wanita aneh di tendanya!\u201d lapor Nadira saat kami sampai di sebuah tempat yang seperti pos,
\n\u201cOiya? Antar aku kesana nak!\u201d
\n\u201cAyo!\u201d seru Nadira sambil menuntun jalan.<\/p>\n

\u201cDisini pak~\u201d kosong, tak ada orang \u201cdimana wanita itu?\u201d tanya pak petugas \u201ckemana wanita itu pergi?! Aagh\u2026 pasti dia tau kita akan melapor! Makanya dia pergi!\u201d pak petugas kembali ke pos. Apa yang terjadi? Beberapa menit yang lalu dia masih terkulai lemas tak berdaya disini, kemana dia pergi? Bagaimana caranya? Aku bingung, seribu pertanyaan kembali menghujani pikiranku, dan yang sampai sekarang sangatku tanyakan adalah, siapa wanita itu? \u201cUugh\u2026 ya sudah! Ayo kita makan Del!\u201d aku mengangguk.<\/p>\n

Tak usah dipikirkan Del\u2026 itu hanya wanita yang kelelahan dan pergi saat aku pergi batinku.<\/p>\n

\u00a0*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][vc_column_text]Kami sampai di sebuah lapangan kecil, ada karpet panjang dan ada banyak orang disana \u201cDelia! Nadira! Sini!\u201d teriak Adnan. Kami menghampirinya, disebelahnya ada Lian yang sangat lahap menyantap makanan, \u201ckamu makan banyak sekali Lian! Seperti sudah ratusan tahun kau tak makan!\u201d \u201chahaha, makanan ini enak sekali Dir!\u201d kami duduk disamping Adnan.<\/span><\/p>\n

Makan malam yang sangat menyenangkan, dipenuhi canda tawa. Tapi dibalik semua itu, kesedihan melanda mereka. Kesedihan akan mereka yang hilang, kesedihan akan mereka yang belum ditemuinya, kesedihan akan mereka yang meninggal. Ataupun penyesalan yang sangat dalam.<\/span><\/p>\n

Ada beberapa yang termenung, tak menyentuh makanan sama sekali. Aku merasakannya\u2026 <\/span>Apa yang terjadi pada mama, papa, dan semua keluargaku? Apakah mereka selamat? Apakah mereka ada di sini? Apa yang terjadi pada Vannisa? <\/span><\/i>Yang bisa kulakukan hanyalah diam dan berharap tanpa tau apa yang terjadi pada mereka.<\/span><\/p>\n

*****<\/span><\/p>\n

[\/vc_column_text][vc_column_text]\u201cHuft, kenyangnya! Sekarang, tiduuur!\u201d ucap Lian setelah selesai makan, \u201ciya, selamat tidur!\u201d Adnan dan Lian melambaikan tangannya.
\n\u201cAyo!\u201d seru Nadira,
\n\u201cKemana?\u201d tanyaku,
\n\u201cKemana lagi? Ya ke tendamu lah! Hari ini aku tidur ditendamu ya!\u201d<\/p>\n

Tanpa basa-basi lagi, kami langsung pergi ketendaku. \u201cKalau dipikir-pikir, tendamu lebih luas ya!\u201d \u201ci, ini bukan tendaku\u2026\u201d \u201clalu siapa?\u201d tanya Nadira \u201cini punya anak pak satpam disekolahku, anaknya hilang, jadi aku bisa memakainya \u201coooh\u2026 namanya siapa?\u201d \u201ckalo gak salah sih Nella\u2026\u201d muka Nadira yang tadinya tersenyum berubah menjadi kaku, \u201ca, apa\u2026 apa nama pak satpam itu Samat?\u201d Nadira berusaha tersenyum \u201ciya, kok tau? Apa kalian saling kenal?\u201d tanyaku \u201cti, tidak, hahaha. Hanya saja sepertinya aku tau~\u201d jawabnya kaku \u201cooh, begitu. Ya sudah, yuk tidur!\u201d kami segera tertidur lelap.<\/p>\n

Kemarin dan hari ini sungguh melelahkan dan membingungkan, kemarin saat pagi terjadi gempa. Hari ini ada pertengkaran antara dua bapak-bapak, bertemu Adnan yang mengaku kalau dia tetanggaku, dan yang paling membingungkan adalah seorang wanita misterius yang datang ketendaku.<\/p>\n

Semoga saja besok tidak terjadi apa-apa yang aneh. Yaa, walaupun aku berharap begitu, besok dan seterusnya adalah hari paling aneh seumur hidupku.<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][\/vc_column][\/vc_row]<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

[vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”PURNAMA By : Dzakira Nada \u2018Azizah ( dzakiranadaazizah@gmail.com )” font_container=”tag:h2|text_align:center”][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”PROLOG” font_container=”tag:h2|text_align:center”][vc_column_text]Aku menatap jendela sekolah. Belum ada tanda-tanda bel akan berbunyi. \u201cDelia!\u201d, seseorang memanggilku. \u201cOh, halo Vannisa! Tumben pagi!\u201d \u201cHahaha, iya dong, aku gitu lho!\u201d, aku tersenyum tipis. \u201cBesok jadi ke rumahku?\u201d, tanya Vannisa. \u201cGak tau, mudah-mudahan iya\u201d. Vannisa tidak bertanya lagi, dia sibuk […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":0,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[11,6,14,3],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2001"}],"collection":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2001"}],"version-history":[{"count":9,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2001\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2025,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2001\/revisions\/2025"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2001"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2001"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2001"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}