dernemer bornustur dernemer bornustur dunumu bunusi virdirten sirtler dinimi benese virdirten sirtler deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley cayzaynoy seyteyleyi cayzaynoy seyteyleyi cayzaynoy seyteyleyi deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley deyneymey boynuysuy veryen siyteyley tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi tiypoybeyt seyteysi beyhiys siysteysleyi beyhiys siysteysleyi oynviyn ardrescisi tupibetr ardrescisi
{"id":2028,"date":"2019-01-07T02:32:17","date_gmt":"2019-01-07T02:32:17","guid":{"rendered":"http:\/\/library.cls.sch.id\/?p=2028"},"modified":"2019-01-17T02:33:01","modified_gmt":"2019-01-17T02:33:01","slug":"purnama-by-dzakira-nada-azizah-bab-3-to-be-continue","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/library.cls.sch.id\/2019\/01\/07\/purnama-by-dzakira-nada-azizah-bab-3-to-be-continue\/","title":{"rendered":"PURNAMA by Dzakira Nada ‘Azizah (BAB 3) To be Continue……"},"content":{"rendered":"

[vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”BAB 3″ font_container=”tag:h2|text_align:center”][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]\u201cHoaam!\u201d aku terbangun dari tidurku yang super nyenyak karena kecapekan.
\nDEG!<\/p>\n

\u201cAAAAH!\u201d di depanku ada wanita yang kemarin ada di tendaku. Aku membangunkan Nadira dengan panik.<\/p>\n

\u201cHoaam, kenapa si\u2026.. AAAH! SIAPA KAMU, HAH?! PERGI DARI SINI!\u201d seru Nadira sambil melempar selimut ke mukanya. Dia melotot ke arahku dan Nadira, \u201cKAMU! BERANINYA KAMU MELEMPAR SELIMUT KOTOR ITU KE WAJAHKU!!\u201d wanita itu berseru marah. Kami ketakutan, tak bisa bergerak. \u201cMe, memangnya kenapa hah?! Ka, kamu yang masuk kesini tanpa izin! Lagipula siapa kamu hah?!\u201d Nadira berseru, \u201csiapa aku?! Hah! KAMU TIDAK TAU SIAPA AKU?!\u201d seru wanita itu.<\/p>\n

DEG! Wanita itu melakukan hal yang mengejutkan dan tak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Dia melayang! Wanita itu menunjukku sambil berteriak \u201cKAMU! BERIKAN CINCIN ITU!\u201d, aku bergegas melepas cincin emas yang aku temukan dan memberikannya kepadanya.
\nDia memakai cincin itu dan mengacungkan tangannya ke langit sambil berteriak, \u201cWAHAI CINCIN CAHAYA! BAWALAH AKU BERSAMA DUA ANAK INI PERGI KE NEGERI CAHAYA!\u201d.
\nSRIING!<\/p>\n

Ada lingkaran yang bercahaya di atas kami yang menyedot kami kedalamnya. \u201cAAAAAH!!\u201d teriak kami.
\nKami pun pingsan tak sadarkan diri.<\/p>\n

*****<\/p>\n

Aku terbangun. Wow! Sekarang kami berada di dalam kamar super mewah yang pernah aku lihat. Aku membangunkan Nadira. \u201cHaaah\u2026 baru aja bangun tidur tiba-tiba pingsan karena tersedot lingkaran bercahaya yang dikeluarkan wanita aneh itu\u2026 tapi okelah, dia menempatkan kita di kamar yang pantas\u201d \u201ciyakan? Selamat pagi anak-anak\u2026\u201d baru saja kalimat Nadira berakhir, suara lembut menyapa kami.<\/p>\n

Ada dua orang, bukannya diantara mereka tadi ada yang datang ke tendaku?? (maksudnya tenda Nella) \u201ciya, benar Delia. Adikku tadi yang datang ke tendamu. Mohon maaf atas sikap adikku yang tidak sopan ini disana~\u201d bagaimana dia tau apa yang aku pikirkan? \u201ctapi anak gak sopan yang memakai baju seperti laki-laki itu yang melemparku dengan selimut kotornya!\u201d ucap wanita satu lagi sambil menunjuk Nadira, \u201caku kan kaget!! Lagipula kenapa kau bilang itu selimut kotor hah?! Kamu tidak tau apa-apa tentang selimut itu!!\u201d seru Nadira tersinggung, \u201cYazzi! Jangan ribut! Hhh\u2026 sekali lagi aku minta maaf atas kelakuan adikku ini….\u201d \u201ciya, tidak apa-apa kok\u201d ucapku memaafkan, \u201cnamaku Nadira, dia Delia. Jelaskan siapa kalian dan kenapa kami disini!\u201d ucap Nadira, dia sudah sedikit tenang.<\/p>\n

\u201cBaiklah, namaku Zaffra Yuzza Nafuza, panggil saja Yuzza. Sedangkan adikku ini bernama Zafir Yazzi Nafza, biasa dipanggil Yazzi. Kami adalah penguasa Negeri Cahaya ini,\u201d aku dan Nadira berpandangan. Penguasa?? Artinya tadi Nadira bersikap dengan sangat tidak sopan kepada seorang penguasa?? Pikirku, \u201cmaafkan sikapku yang tidak sopan yang mulia!!\u201d seru Nadira \u201chahaha, tidak apa-apa kok. Kamu tidak usah memanggil kami \u2018Yang Mulia\u2019 ya. Baik, aku lanjutkan\u201d kami mengangguk.<\/p>\n

\u201cNegeri Cahaya ini ada di dimensi Yazzwa Maharatta. Beda dimensi dengan kalian. Di negeri ini hanya kami yang bisa bahasa kalian. Jadi jangan heran dengan orang lain yang bicara dengan bahasa yang tidak kalian mengerti. Kalian kami bawa ke sini karena kamu, Delia, kamu memakai cincin cahaya. Sekarang kami sedang dalam masalah, karena Negeri Kegelapan akan menjajah negeri ini. Di negeri ini, kami mempunyai sebuah ramalan yang diukir di dinding yang dibuat pada zaman dulu bertuliskan \u2018pada saat bulan purnama bersinar terang. Maka sang Kegelapan akan menyerang. Dan 4 orang dari antah berantah akan membawa cincin cahaya dan tongkat cahaya untuk menyelamatkan\u2026\u2019 tapi, setelah itu kami tidak tahu lanjutannya karena tak bisa dibaca.<\/p>\n

Tapi, ada lanjutan lagi yang dapat kami baca. Yaitu \u2018sebelum berperang, dua benda itu sudah dipanaskan dipuncak keabadian. Dan 4 orang itu sudah memakai baju yang tersembunyi di pulau keabadian dan kekuatan magis yang tak terkalahkan\u2026\u2019 tapi, setelah itu kami tidak tahu kelanjutannya karena tidak bisa dibaca. Tapi kami tau kalau kalianlah dua di antara dua orang yang membawa cincin cahaya. Sedangkan dua orang lagi yang membawa tongkat cahaya sudah kami bawa kemarin malam~\u201d \u201cselamat pagi Nadira, Delia\u2026\u201d belum selesai kalimat Yuzza, terdengar suara yang tidak asing menyapa kami, \u201cAdnan! Lian! Jadi kalian yang membawa tongkat cahaya?!\u201d seru Nadira ketika melihat mereka muncul. Mereka mengangguk.<\/p>\n

\u201cMaaf baginda Yuzza, aku rasa aku tidak seharusnya berada disini\u2026 aku menemukan cincin ini, aku tidak memilikinya. Mungkin seharusnya bukan aku yang datang kesini, tapi Nella\u2026 Aku menemukan cincin ini di tenda Nella~\u201d \u201cgak kok, bener, kamu memang seharusnya berada di sini. Takdir!\u201d sambar seseorang. Ada gadis berambut panjang sampai ke punggung. Dia memakai gaun berwarna putih yang bercahaya. Umurnya kira-kira 16 tahun, seumur denganku. Dia sedang bersandar ke pintu.<\/p>\n

\u201cNella?! Apakah kamu Nella??\u201d \u201cyes, of course I’m Nella. Who else?\u201d dia menjawab dengan bahasa inggris yang fasih sambil tersenyum, \u201coh? Jadi kau mengenalnya? Dia adalah mata-mata kami. Dia kami suruh untuk memata-matai kalian dan Negeri Kegelapan,\u201d \u201cNella! Ayahmu mencarimu kemana-mana!\u201d ucapku kepada Nella \u201cayah? Maksudmu kakek tua itu?! Hah! Dia bukan ayahku! Dia hanya seseorang yang menganggapku pembantu!! Mungkin dia hanya mencariku karena butuh pembantu!\u201d \u201cbenarkah?? Aku pikir itu salah!\u201d \u201cdia hanya menganggapku pembantu setelah ibuku meninggal kau tau?! Aku hanya punya satu orang tua, dan dia adalah ibuku! Namun karena sekarang ibuku telah tiada, aku menganggap Yazzi sebagai ibuku! Hanya Yazzi yang bersikap baik kepadaku kau tau! Tak ada orang lain selain Yazzi yang mau memberiku makan, minum, bahkan tempat tinggal kau tau!!\u201d Nella melotot ke arahku \u201cshhh\u2026 tenang Nella, aku disini. Dan aku akan selalu bersamamu. Kamu boleh menganggapku keluargamu jika kau mau\u2026\u201d ucap Yazzi menenangkan sambil memeluk Nella.<\/p>\n

\u201cBaru kali ini aku mendengar dan melihat wanita aneh itu lembut\u201d bisik Nadira kepadaku. Aku mengangguk. Dia terus bersikap kasar sampai Nella datang.
\n\u201cAww.. soysreet Yazzi\u2026\u201d ucap Yuzza dengan bahasa yang tidakku mengerti. Muka Yazzi memerah karena malu.
\n\u201cNyonya Yazzu, nyonya Yazzi, Nadira, Delia, sarapan sudah disiapkan oleh chefr\u2019zto Zamie,\u201d ucap Lian kepada kami, \u201cchefr\u2019zto? Maksudnya?\u201d tanya Nadira \u201c \u2018chefr\u2019zto\u2019 itu bahasa negeri ini untuk pangilan \u2018chef\u2019 \u201c jawab Lian.
\nKami pun menuju meja makan yang supeeer besar di ruang makan yang supeeeer mewah dan supeeeer besar. \u201cSelamat makan!\u201d semua berseru.<\/p>\n

Aku dan Nadira belum mulai makan, kami bertatapan, \u201cini apa?\u201d tanya Nadira, \u201cgak tau\u201d aku menjawab sambil mengangkat bahu. Makanan ini sedikit aneh\u2026 bukan sedikit aneh lagi malahan, sangat aneh! Seperti bubur tetapi berwarna biru, diatasnya diberi topping sesuatu yang berbentuk seperti bola-bola yang berwarna-warni, di dasarnya juga diberi sesuatu yang seperti bubuk susu yang berwarna oranye. Piringnya juga aneh, bentuknya seperti ban mobil berwarna bening, makanya kami bisa melihat dasarnya. Melihat yang lain makan dengan lahap, kami pun mencobanya.<\/p>\n

Eeuuhhh, apa ini? Tidak enak! Bola-bolanya manis, buburnya sangat asam, dan bubuk di dasarnya super pedas! Karena kepedasan aku segera mengambil minum di dalam gelas yang berbentuk seperti bola.<\/p>\n

\u201cSelera mereka buruk sekali!\u201d bisik Nadira kepadaku. Aku mengangguk, \u201ciya, aku tak mengerti kenapa Adnan dan Lian bisa makan dengan lahap\u201d \u201cmungkin mereka berpura-pura?\u201d kami saling berbisik, \u201ckalian tau? Makanan ini adalah salah satu makanan bangsawan di negeri ini. Namanya chiwwa. Enak bukan?\u201d tanya Yuzza sambil tersenyum, \u201ceh, i, iya. Enak\u201d jawabku. Makanan bangsawan? Enak? Apakah makanan bangsawan di negeri ini memang begini? \u201cIya, enak! Tapi apakah ada makanan lain? Aku ingin mencoba yang lain\u201d kata Nadira, \u201caku juga mau! Tapi yang manis ya, ada?\u201d tanyaku \u201coh, tentu saja ada! Chefr\u2019zto Zamie! Bawakan kami dua sweemala!\u201d Yuzza berseru.<\/p>\n

Beberapa saat kemudian sang chefr\u2019zto membawakan kami makanan yang bernama \u2018sweemala\u2019, \u201csilakan dimakan Delia, Nadira\u201d ujar Yuzza sambil tersenyum. Kami mengangguk. Makanan ini terlihat lebih baik dari sebelumnya. Bentuknya seperti es krim, warnanya kuning, ditaburi sesuatu yang seperti cokelat yang diparut dan berwarna merah. Piringnya masih sama, berbentuk seperti ban dan bening.<\/p>\n

Hap! Ini baru enak! Pikirku, \u201capa kalian menyukainya? Maaf kalau tidak enak, itu makanan bangsawan, tetapi kami tidak terlalu menyukainya. Namanya \u2018sweemala\u2019 karena diambil dari kata \u2018swee\u2019 dan \u2018mala\u2019. \u2018Swee\u2019 berarti manis, dan \u2018mala\u2019 berarti jagung\u201d \u201cenak kok! Banget malah!\u201d seru Nadira. Yuzza tersenyum.<\/p>\n

\u201cAneh, bagaimana mereka tidak menyukai makanan seenak ini?\u201d bisikku kepada Nadira, ia mengangguk.<\/p>\n

Kami semua selesai makan, \u201cDelia, Nadira, Adnan, Lian, ikut kami!\u201d seru Yuzza kepada kami. Kami mengikutinya ke sebuah ruangan dimana kami akan merencanakan semua hal.<\/p>\n

*****<\/p>\n

\u201cBaiklah, aku akan menjelaskan rencananya. Jadi Delia, Nadira, dan aku beserta beberapa pasukan lain akan memanaskan tongkat cahaya dan cincin cahaya di puncak keabadian. Sedangkan Adnan, Lian, Yazzi dan pasukan lainnya akan mencari baju yang tersembunyi di pulau keabadian. Setelah itu kalian akan berlatih kekuatan magis itu bersama Adizza. Dia adalah keponakanku yang sekarang hilang entah kemana. Purnama itu akan terjadi 2 bulan lagi, atau 7 minggu lagi\u201d jelas Yuzza.<\/p>\n

\u201cBagaimana denganku??\u201d tanya Nella \u201ctak mungkin aku hanya berdiri diam disini bukan?\u201d \u201ckamu akan mencari Adizza, Nella\u201d jawab Yazzi bersamaan dengan Yuzza, \u201cbaiklah\u201d Nella mengangguk.
\n\u201cBaiklah, semua sudah mengerti bukan? Kita akan pergi besok!\u201d seru Yuzza,
\n\u201cAku tidak setuju!\u201d teriak Nadira dan Lian,
\n\u201cKenapa harus berpencar bila bisa bersama?\u201d tanya Lian,
\n\u201cIya, benar. Bukankah 2 bulan lagi terjadi purnama? Kita bisa bekerja sama dengan baik. Kita tidak perlu berpisah!\u201d ucap Nadira mengiyakan,
\n\u201cKarena akan lebih cepat! Bukankah lebih cepat lebih baik??\u201d jawab Yazzi,
\n\u201cAku setuju dengan mereka! Lagipula waktunya cukup lama, kami juga tidak ingin berpisah\u201d ucap Adnan setuju dengan Lian dan Nadira,
\n\u201cBagaimana denganmu Delia?\u201d tanya Yuzza,
\n\u201cA, aku juga tidak ingin berpencar dengan mereka\u201d jawabku.
\n\u201cBaiklah, kita ubah rencananya! Delia, Nadira, Adnan, Lian beserta beberapa pasukan akan pergi mencari baju yang tersembunyi di pulau keabadian. Sedangkan aku dan Yazzi beserta beberapa pasukan akan memanaskan tongkat cahaya dan cincin cahaya di puncak keabadian. Lalu kalian akan berlatih kekuatan magis itu bersama Adizza. Kita akan pergi lusa depan. Setuju?\u201d tanya Yuzza setelah menjelaskan, \u201csetujuu!\u201d teriak kami setuju.<\/p>\n

Baiklah, rencana sudah ditetapkan. Kami akan pergi lusa depan!<\/p>\n

*****<\/p>\n

[\/vc_column_text][\/vc_column][\/vc_row]<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

[vc_row][vc_column][vc_custom_heading text=”BAB 3″ font_container=”tag:h2|text_align:center”][\/vc_column][\/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]\u201cHoaam!\u201d aku terbangun dari tidurku yang super nyenyak karena kecapekan. DEG! \u201cAAAAH!\u201d di depanku ada wanita yang kemarin ada di tendaku. Aku membangunkan Nadira dengan panik. \u201cHoaam, kenapa si\u2026.. AAAH! SIAPA KAMU, HAH?! PERGI DARI SINI!\u201d seru Nadira sambil melempar selimut ke mukanya. Dia melotot ke arahku dan Nadira, \u201cKAMU! BERANINYA KAMU […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":0,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[11,6,14,3],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2028"}],"collection":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2028"}],"version-history":[{"count":2,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2028\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2044,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2028\/revisions\/2044"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2028"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2028"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/library.cls.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2028"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}