TAVARIS by NRFN Project
Prolog
Sore yang tenang, tanpa hembusan angin menggoyang pepohonan dan semua sunyi seperti mati. Di rumah keluarga yang sangat kaya, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Tavaris. Dia adalah anak yang baik, Tavaris adalah anak yang sangat ingin untuk mempunyai seorang saudara “bunda! Aku ingin saudara untuk menemaniku bermain!” begitu katanya setiap hari, setiap saat. Namun sayang, sang ibunda yang bernama Hannah sudah tidak dapat hamil lagi “berdoa saja ya nak” jawab Hannah setiap kali Tavaris meminta saudara.
Hannah terus memikirkan bagaimana cara mendapatkan anak lagi. Hari itu juga dia pergi untuk menjemput Tavaris dari sekolah. Dalam perjalanan, Hannah menemukan seorang anak perempuan di pinggir jalan, anak perempuan itu memakai baju yang sudah robek, kumuh, dan kusut, rambut anak perempuan itu juga kotor dan panjang. Terbesit ide di pikiran Hannah, “bagaimana kalau aku adopsi saja dia?” Hannah berjalan ke arah anak perempuan itu.
“Hai nak, kenapa kau sendirian di pinggir jalan begini? Dimana kau tinggal?” tanya Hannah lembut,
“sa, saya tidak punya tempat tinggal…” jawab anak perempuan itu dengan suara kecil yang hampir tidak terdengar,
“Siapa namamu?” tanya Hannah lagi,
“ma, maaf. Sa, saya amnesia, saya tidak ingat nama saya sendiri atau identitas saya” anak perempuan itu menjawab,
“bagaimana kalau kamu tante adopsi? Kebetulan anak tante menginginkan saudara” “se, serius tante?! Tapi saya ini kotor dan bau begini! Apakah tante dan keluarga tante akan menerima saya?!” tanya anak perempuan itu kaget sekaligus senang,
“serius. Tante sekeluarga pasti akan menerima kamu dengan senang hati” jawab Hannah,
“Terima kasih tante!” teriak anak perempuan itu senang,
“kamu akan tante eh, bunda beri nama Aurellia ya! Apakah kamu suka nama itu?”
“Iya tan… eh maksudnya bunda!”
“Kamu tidak usah terlalu formal untuk berbicara dengan bunda oke?”
“Oke bun”
Setelah Hannah mengadopsi Aurellia, Hannah membelikan baju untuk Aurellia karena baju Aurellia sudah rusak. Setelah membeli baju dan berganti, mereka pun pergi menjemput Tavaris.
“Kenalkan Tavaris! Ini Aurellia, dia akan menjadi kakakmu, karena dia lebih tua dari kamu. Bukankah kau menginginkan saudara untuk menemanimu?” kata Hannah saat Tavaris datang. Tavaris menatap Aurellia dari atas sampai bawah, “apakah dia tidak menyukaiku??” pikir Aurellia gugup. Tavaris tersenyum. “Hai kak! Senang bertemu denganmu! Sudah lama aku menginginkan seorang saudara. Semoga kita bisa akrab ya!” Hannah dan Aurellia tersenyum senang, Tavaris menyukainya! Dalam hati Hannah berpikir kalau mereka akan menjadi akrab dalam waktu sebentar.
Aurelia dan Tavaris menjadi saudara yang sangat akrab, walaupun terkadang mereka bertengkar seperti kebanyakan anak lainnya. Aurelia sangat suka membaca buku. karena Hannah tahu tentang itu, Hannah memberikan rak buku besar untuk Aurellia. Aurellia juga dibelikan banyak buku cerita, Aurelia merasa bahwa Tavaris jarang dibelikan apapun yang dia inginkan atau sukai. Aurelia ingin Tavaris menyukainya, jadi Aurelia membacakan buku dongeng sebelum tidur setiap malam. Tavaris masih berusia 5 tahun, sehingga dia belum bisa baca buku sendiri. Namun Aurelia sudah berusia 9 tahun, jadi Aurelia bisa membacakan buku untuk adik kecilnya.
Ayahnya, Andres masih belum pulang dari luar kota. Hannah sudah memberitahu tentang Aurellia lewat email kepada Andres. Namun email tersebut bahkan belum dibaca oleh Andres karena kesibukannya diluar kota. Hannah akan memberitahu Andres jika dia sudah kembali ke rumah.